Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan temuan mengejutkan: lebih dari 1,3 juta anak di Indonesia diketahui mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. Data ini diperoleh dari hasil program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dilakukan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sepanjang tahun 2025.
Hipertensi Tak Lagi Masalah Orang Dewasa
Tekanan darah tinggi selama ini identik dengan masalah kesehatan orang dewasa. Namun, hasil pemeriksaan terbaru menunjukkan bahwa gangguan ini kini juga banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dasar hingga remaja.
“Temuan ini menjadi alarm serius bagi kita semua. Pola hidup anak-anak saat ini banyak berubah—kurang aktivitas fisik, terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi garam dan gula, serta meningkatnya stres akademik,” kata perwakilan Kemenkes, dr. Ratna Dewi, Selasa (21/10).
Menurut dr. Ratna, faktor gaya hidup modern menjadi salah satu penyebab utama lonjakan kasus hipertensi pada anak-anak di Indonesia. Ia menambahkan bahwa banyak orang tua belum menyadari gejalanya, karena hipertensi sering kali tidak menimbulkan keluhan berarti pada tahap awal.
Program Cek Kesehatan Gratis di Sekolah
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dilaksanakan oleh Kemenkes bersama dinas kesehatan daerah dan pihak sekolah. Pemeriksaan meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, serta pemeriksaan kadar gula darah sederhana. Dari total lebih dari 10 juta anak yang diperiksa, 12 persen di antaranya terdeteksi memiliki tekanan darah di atas normal.
“Artinya, sekitar 1,3 juta anak Indonesia sudah berada dalam kategori hipertensi ringan hingga sedang. Jika tidak dikendalikan sejak dini, risiko komplikasi di usia dewasa akan semakin tinggi,” ujar dr. Ratna.
Gejala Hipertensi pada Anak
Meski sering tanpa gejala, beberapa tanda awal hipertensi pada anak antara lain mudah lelah, sering sakit kepala, mimisan tanpa sebab, atau detak jantung terasa cepat. Anak-anak dengan berat badan berlebih dan pola makan tidak seimbang lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi.
“Kami mendorong orang tua untuk rutin memeriksa tekanan darah anak, terutama jika ada riwayat hipertensi dalam keluarga,” tambah dr. Ratna.
Dampak Jangka Panjang
Ahli gizi dari Universitas Indonesia, dr. Mulyadi Santoso, Sp.GK, menjelaskan bahwa hipertensi di usia muda dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal di kemudian hari. “Kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi terjadi secara perlahan, dan bisa berakibat fatal jika dibiarkan bertahun-tahun,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa hipertensi pada anak tidak hanya dipicu oleh faktor makanan, tetapi juga kurangnya tidur, stres akibat beban belajar, serta paparan gadget berlebihan yang menyebabkan anak jarang bergerak.
Langkah Pencegahan dari Kemenkes
Untuk menekan angka kasus hipertensi anak, Kemenkes mengeluarkan panduan pencegahan sederhana yang bisa diterapkan di rumah maupun sekolah:
- Batasi konsumsi garam dan makanan olahan seperti mi instan atau keripik kemasan.
- Perbanyak makan buah dan sayur setiap hari.
- Batasi waktu penggunaan gadget maksimal dua jam per hari.
- Pastikan anak tidur cukup minimal 8 jam setiap malam.
- Ajak anak berolahraga ringan setidaknya 30 menit setiap hari.
“Kita harus mengembalikan kebiasaan aktif pada anak-anak. Sekolah juga diimbau untuk memperbanyak kegiatan fisik di luar ruangan agar kesehatan jantung dan pembuluh darah mereka tetap terjaga,” ujar dr. Ratna.
Peran Orang Tua Sangat Penting
Selain upaya dari pemerintah, peran orang tua dinilai sangat penting dalam membentuk gaya hidup sehat di rumah. Edukasi soal pilihan makanan, waktu tidur, dan pembatasan konsumsi minuman manis perlu diperhatikan sejak dini.
Psikolog anak, Indira Lestari, M.Psi, menambahkan bahwa pendekatan emosional juga diperlukan. “Anak-anak cenderung meniru kebiasaan orang tua. Jika orang tua menjaga pola makan dan aktif berolahraga, anak akan ikut meniru tanpa harus dipaksa,” ujarnya.
Kemenkes Siapkan Tahap Lanjutan
Menindaklanjuti temuan ini, Kemenkes akan menggelar program pemeriksaan lanjutan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Selain itu, rencana penerapan school health monitoring akan dikembangkan untuk memantau tekanan darah anak secara berkala di sekolah.
“Kami berharap semua pihak—sekolah, guru, dan orang tua—terlibat aktif dalam menjaga kesehatan anak. Hipertensi bukan penyakit orang tua lagi, tapi sudah menjadi masalah generasi muda,” tegas dr. Ratna.
Kesimpulan
Temuan Kemenkes bahwa lebih dari 1,3 juta anak di Indonesia mengalami tekanan darah tinggi menjadi peringatan penting akan perubahan pola hidup masyarakat. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan keluarga untuk menekan laju peningkatan hipertensi anak agar tidak menjadi beban kesehatan nasional di masa depan.
Dengan langkah pencegahan yang tepat, diharapkan generasi muda Indonesia tumbuh lebih sehat dan terhindar dari penyakit tidak menular sejak dini.