Jakarta – Generasi Z kini tak lagi sekadar penonton dalam dinamika politik. Dengan dominasi teknologi digital di tangan mereka, Gen Z tumbuh menjadi kelompok yang berpengaruh besar dalam pembentukan opini publik dan arah demokrasi di masa depan.
Melihat fenomena tersebut, para akademisi dan pendidik mulai menekankan pentingnya pendidikan politik digital bagi generasi muda. Tujuannya, agar mereka mampu bersikap kritis, bijak, dan tidak mudah terjebak dalam informasi menyesatkan yang beredar di media sosial.
Pendidikan Politik untuk Dunia Digital
Salah satu kegiatan pendidikan politik digital terbaru digelar di SMAN 97 Jakarta Selatan. Program ini diprakarsai oleh mahasiswa S2 Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) sebagai bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut, para siswa diajak memahami bagaimana informasi politik bekerja di dunia maya — mulai dari cara membaca berita dengan benar, mengenali narasi manipulatif, hingga memahami etika berdiskusi di media sosial.
“Kami ingin siswa-siswi tidak hanya aktif di media sosial, tapi juga tahu bagaimana memanfaatkan teknologi untuk berpikir kritis dan berpartisipasi positif,” ujar Diah Pramudita, salah satu tim pengajar UPNVJ.
Media Sosial dan Peran Gen Z
Generasi Z merupakan kelompok digital native yang tumbuh bersama internet dan media sosial. Mereka terbiasa mendapatkan informasi dari platform seperti TikTok, X (Twitter), Instagram, hingga YouTube, bukan dari media tradisional.
Namun, kebiasaan tersebut juga membawa risiko. Informasi politik sering kali datang tanpa konteks atau bahkan disusupi hoaks. Dalam situasi seperti ini, kemampuan literasi digital menjadi kunci utama agar generasi muda tidak mudah terprovokasi atau termakan disinformasi.
Menurut survei Kominfo 2025, hampir 68% pengguna aktif media sosial di Indonesia berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun. Artinya, suara dan perilaku digital Gen Z sangat menentukan suasana politik, terutama menjelang pemilu dan momen kebijakan publik.
Belajar Kritis dan Cerdas Sejak Sekolah
Kegiatan di SMAN 97 Jakarta Selatan berlangsung dengan interaktif. Para siswa diajak bermain peran dalam simulasi “debat digital” dan “verifikasi berita”. Mereka dilatih untuk menguji fakta dari sumber berita serta menilai bias dari konten politik yang beredar.
“Kritis bukan berarti sinis. Kritis berarti berani bertanya, mencari tahu, dan menghormati perbedaan pendapat,” kata Reza Wahyudi, mahasiswa UPNVJ yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Program pendidikan politik digital ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain. Dengan pendekatan yang ringan dan kontekstual, pelajar bisa memahami politik tanpa harus merasa tegang atau jauh dari kehidupan sehari-hari mereka.
Dari Literasi Menuju Partisipasi
Selain membangun kesadaran literasi digital, program ini juga mendorong pelajar untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan komunitas. Dengan cara ini, mereka belajar bahwa politik bukan sekadar urusan partai, tapi juga soal kepedulian terhadap isu publik seperti lingkungan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
“Kalau anak muda paham cara menyuarakan pendapat dengan benar di dunia digital, itu sudah bagian dari partisipasi politik yang sehat,” tambah Diah.
UPNVJ berencana memperluas program serupa ke sejumlah daerah, termasuk ke sekolah-sekolah di Aceh, Sumatera Barat, dan Kalimantan. Targetnya adalah membangun ekosistem pendidikan politik digital di seluruh Indonesia.
Menyiapkan Pemilih Cerdas
Menjelang era demokrasi digital, kemampuan Gen Z dalam memilah informasi akan menjadi pondasi penting bagi masa depan bangsa. Pemerintah, kampus, dan lembaga pendidikan diharapkan bisa berkolaborasi menciptakan kurikulum politik digital yang adaptif dengan kebutuhan zaman.
Dengan generasi muda yang cerdas secara politik dan etis di ruang digital, demokrasi Indonesia berpotensi menjadi lebih sehat dan transparan. Sebab, masa depan politik tak hanya ditentukan oleh siapa yang memimpin, tapi juga oleh bagaimana rakyat muda berpikir dan bertindak di dunia maya.
Pendidikan politik digital adalah langkah awal untuk membentuk generasi yang bukan hanya aktif di media sosial, tapi juga sadar makna partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.