Jakarta — Nama Zakky Al Abror menjadi sorotan di lingkungan akademik Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) setelah berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,99 dari Fakultas Kedokteran. Nilai hampir sempurna ini menjadikannya salah satu lulusan terbaik pada wisuda tahun 2025.
Pencapaian Zakky bukan hanya hasil kecerdasan intelektual, tetapi juga disiplin, dedikasi, dan dorongan spiritual yang kuat. Dalam wawancara usai wisuda, ia mengungkapkan bahwa keberhasilan tersebut merupakan buah dari keseimbangan antara belajar, beribadah, dan menjaga kesehatan mental.
Awal Perjalanan Akademik Zakky
Zakky merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Ayahnya, Suhaji, bekerja sebagai perawat di RSUD dr. Soegiri Lamongan, sementara ibunya, Rusmiati, adalah ibu rumah tangga. Sejak kecil, Zakky tumbuh dalam keluarga yang menanamkan pentingnya pendidikan dan ketekunan.
“Ayah sering cerita tentang pentingnya empati dalam profesi medis. Dari situ saya mulai tertarik dengan dunia kedokteran,” ujar Zakky dalam sesi wawancara. Keinginan menjadi dokter ia tekuni sejak duduk di bangku SMP, dengan tekad membantu sesama dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
Menembus Fakultas Kedokteran
Perjalanan menuju Fakultas Kedokteran tidaklah mudah. Zakky mengaku harus bersaing ketat dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru. Namun, dengan persiapan matang dan dukungan keluarga, ia berhasil lolos dan mulai menempuh studi di UM Surabaya pada 2020.
Awal kuliah menjadi masa adaptasi yang berat. Jadwal padat, materi kompleks, serta tuntutan praktikum yang tinggi seringkali membuat mahasiswa baru kewalahan. Namun Zakky mampu menyesuaikan diri dengan cepat berkat manajemen waktu yang ia terapkan sejak awal.
Rahasia Belajar Versi Zakky
Keberhasilan akademiknya bukan hanya karena belajar keras, tetapi juga belajar cerdas. Zakky membagi beberapa strategi yang ia jalankan selama masa kuliah:
- Belajar Terjadwal: Zakky membuat jadwal harian dengan waktu belajar yang terdisiplin, menghindari sistem belajar mendadak.
- Kelompok Diskusi: Ia aktif bergabung dengan kelompok belajar untuk membahas kasus medis dan saling menguji pemahaman.
- Istirahat Teratur: Tidur minimal enam jam setiap malam menjadi rutinitas yang tak pernah ia langgar.
- Evaluasi Berkala: Setiap akhir minggu, Zakky melakukan review materi untuk menilai sejauh mana pemahamannya berkembang.
Menurutnya, kunci utama adalah konsistensi. “Belajar sedikit tapi rutin jauh lebih efektif daripada memforsir diri menjelang ujian,” tuturnya.
Peran Spiritualitas dan Dukungan Keluarga
Bagi Zakky, spiritualitas menjadi landasan penting dalam menjaga semangat dan keseimbangan diri. Ia rutin meluangkan waktu untuk berdoa dan membaca Al-Qur’an setiap pagi sebelum memulai aktivitas. Rutinitas ini, menurutnya, memberi ketenangan dan fokus selama belajar.
Selain itu, dukungan keluarga juga berperan besar. Ayah dan ibunya selalu hadir memberi semangat, terutama saat Zakky merasa lelah atau tertekan menghadapi ujian klinik. “Orang tua saya bukan hanya motivator, tapi juga sahabat dalam setiap perjuangan,” katanya.
Menyeimbangkan Akademik dan Sosial
Meski sibuk dengan jadwal kuliah dan praktikum, Zakky tidak pernah melupakan kehidupan sosialnya. Ia aktif di organisasi mahasiswa dan kegiatan sosial, termasuk program pengabdian masyarakat di desa-desa sekitar Lamongan dan Gresik.
“Kedokteran bukan sekadar teori di ruang kuliah, tapi soal bagaimana kita hadir di tengah masyarakat,” ujar Zakky. Ia menganggap pengalaman di lapangan justru memperkaya empati dan kemampuannya berkomunikasi dengan pasien.
Zakky juga menjadi mentor bagi adik tingkat dalam program bimbingan akademik di fakultasnya. Ia membantu mahasiswa baru menyesuaikan diri dengan sistem perkuliahan dan membagikan tips belajar efektif.
Manajemen Waktu yang Ketat
Salah satu rahasia besar di balik keberhasilannya adalah manajemen waktu yang disiplin. Setiap hari, Zakky memulai aktivitas pukul 05.00 pagi dengan olahraga ringan dan sarapan bergizi. Setelah itu, ia mengikuti kuliah, praktikum, dan belajar hingga sore hari.
Pukul 19.00, ia biasanya mengulang materi, kemudian tidur maksimal pukul 23.00. “Kedokteran menuntut stamina tinggi, jadi menjaga pola tidur dan makan sehat itu wajib,” jelasnya.
Menghadapi Tantangan Kuliah Kedokteran
Menjalani kuliah di fakultas kedokteran bukan tanpa rintangan. Zakky sempat mengalami stres berat ketika menghadapi ujian blok dan skripsi. Namun, ia mengatasinya dengan pendekatan positif.
“Saya belajar menerima bahwa stres adalah bagian dari proses. Bukan dihindari, tapi dihadapi dengan cara yang sehat,” katanya. Ia juga mengikuti sesi konseling mahasiswa dan meditasi ringan untuk mengatur emosi.
Pendekatan itu terbukti efektif. Ia tetap bisa menjaga fokus dan produktivitas di tengah tekanan akademik yang tinggi. Bahkan, dalam masa-masa sulit pandemi COVID-19, Zakky tetap mampu mempertahankan nilai sempurna di setiap semester.
Skripsi dan Riset Akhir
Pada tahun terakhir, Zakky menulis skripsi tentang “Hubungan Pola Tidur dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Kedokteran”. Penelitian ini menarik perhatian karena relevan dengan kondisi banyak mahasiswa yang berjuang menghadapi tekanan akademik.
Penelitiannya menemukan bahwa mahasiswa dengan pola tidur teratur memiliki tingkat stres lebih rendah dibanding yang sering begadang. Hasil riset ini bahkan direncanakan untuk dipublikasikan dalam jurnal kedokteran nasional.
Pesan untuk Mahasiswa dan Generasi Muda
Usai kelulusannya, Zakky berbagi pesan bagi mahasiswa lain yang sedang menempuh studi, terutama di bidang kedokteran. “Jangan takut gagal, yang penting terus berusaha dan berproses. IPK tinggi hanyalah hasil dari kerja keras yang konsisten.”
Ia menegaskan bahwa kesuksesan akademik tidak hanya diukur dari nilai, tetapi juga dari sikap dan integritas. “Seorang dokter sejati harus rendah hati dan mau belajar sepanjang hidup,” tambahnya.
Setelah wisuda, Zakky berencana melanjutkan pendidikan profesi dokter dan mengabdikan diri di rumah sakit daerah. Cita-citanya sederhana: menjadi dokter yang dekat dengan masyarakat dan memberi pelayanan terbaik bagi pasien di pelosok negeri.
Inspirasi dari UM Surabaya
Pihak universitas pun memberikan apresiasi khusus atas prestasi Zakky. Dekan Fakultas Kedokteran UM Surabaya, dr. Luthfi Ansori, mengungkapkan kebanggaannya terhadap mahasiswa berprestasi itu.
“Zakky menunjukkan bahwa kerja keras, disiplin, dan nilai-nilai Islam bisa menjadi kombinasi sempurna untuk mencetak dokter yang profesional sekaligus berakhlak mulia,” ujarnya.
Kesimpulan
Kisah Zakky Al Abror menjadi bukti bahwa kesuksesan bukanlah kebetulan, melainkan hasil konsistensi, doa, dan dukungan keluarga. Lulus dengan IPK 3,99 dari Fakultas Kedokteran UM Surabaya merupakan pencapaian luar biasa yang menginspirasi banyak generasi muda untuk terus berjuang dalam dunia akademik.
Di tengah persaingan dan tekanan studi, semangat belajar Zakky menjadi pengingat bahwa keberhasilan sejati lahir dari ketekunan, keikhlasan, dan komitmen untuk terus berkembang.