Jakarta — Kanker payudara masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun lebih dari 400 ribu kasus baru kanker payudara terdeteksi di Indonesia. Angka ini menempatkan penyakit tersebut sebagai jenis kanker dengan prevalensi tertinggi di tanah air.
Meski banyak kasus berhasil terdeteksi, sebagian besar pasien baru datang ke fasilitas kesehatan saat sudah berada di stadium lanjut. Kondisi ini membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan peluang kesembuhan menurun secara signifikan.
Kanker Payudara: Ancaman Nyata bagi Perempuan
Kanker payudara terjadi ketika sel-sel abnormal di jaringan payudara tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor ganas. Jika tidak ditangani sejak dini, sel kanker bisa menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, bahkan tulang.
Menurut laporan Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), sekitar 1 dari 8 perempuan di dunia berisiko mengalami kanker payudara. Di Indonesia sendiri, tingkat insiden mencapai lebih dari 65 kasus per 100 ribu penduduk perempuan. Dengan angka ini, kanker payudara menempati posisi pertama dari seluruh jenis kanker yang menyerang perempuan di tanah air.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Tidak semua faktor risiko dapat dihindari, namun mengenalinya dapat membantu seseorang melakukan langkah pencegahan lebih dini. Berikut faktor yang meningkatkan risiko kanker payudara:
- Riwayat keluarga: Memiliki ibu, saudara perempuan, atau anak yang pernah menderita kanker payudara.
- Usia di atas 40 tahun: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
- Gaya hidup tidak sehat: Konsumsi makanan tinggi lemak, kurang olahraga, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol.
- Menstruasi dini atau menopause terlambat: Paparan hormon estrogen yang lebih lama meningkatkan risiko pertumbuhan sel kanker.
- Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang tanpa pengawasan medis.
Gejala Awal yang Sering Diabaikan
Banyak perempuan tidak menyadari bahwa kanker payudara bisa muncul tanpa gejala jelas pada tahap awal. Beberapa tanda awal yang harus diwaspadai meliputi:
- Benjolan kecil pada payudara atau ketiak yang tidak nyeri.
- Perubahan bentuk atau ukuran payudara.
- Kulit payudara tampak mengerut seperti kulit jeruk.
- Pencurahan cairan tidak normal dari puting.
- Puting tertarik ke dalam atau perubahan warna kulit di sekitar areola.
Jika gejala-gejala ini muncul, segera lakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, USG payudara, atau mammografi untuk memastikan diagnosis.
Pentingnya Deteksi Dini
Deteksi dini merupakan kunci utama dalam mengurangi angka kematian akibat kanker payudara. WHO menyebutkan bahwa peluang kesembuhan pasien yang terdiagnosis pada tahap awal bisa mencapai lebih dari 90 persen. Sebaliknya, pasien yang baru memeriksakan diri saat stadium lanjut memiliki peluang kesembuhan di bawah 40 persen.
Kementerian Kesehatan RI terus mendorong program SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) di puskesmas dan rumah sakit. Melalui edukasi ini, masyarakat diharapkan lebih sadar pentingnya memeriksa diri secara rutin.
Upaya Pemerintah dan Lembaga Kesehatan
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah bersama sejumlah lembaga kesehatan dan organisasi non-profit gencar melakukan kampanye kesadaran kanker payudara, terutama setiap bulan Oktober yang diperingati sebagai “Breast Cancer Awareness Month.”
Program nasional ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat, menghapus stigma, serta memperluas akses terhadap pemeriksaan dan pengobatan. Puskesmas di berbagai daerah kini telah menyediakan layanan skrining gratis bagi perempuan berusia di atas 35 tahun.
Inovasi Pengobatan di Indonesia
Kemajuan teknologi medis telah membawa harapan baru bagi pasien kanker payudara. Beberapa rumah sakit besar seperti RS Kanker Dharmais dan RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo kini memiliki fasilitas radioterapi, kemoterapi target, hingga terapi imun modern.
“Pendekatan personalisasi terapi membuat pengobatan lebih efektif karena disesuaikan dengan karakteristik genetik masing-masing pasien,” jelas dr. Nanda Hapsari, Sp.Onk-Rad, salah satu dokter onkologi di Jakarta.
Peran Gaya Hidup Sehat dalam Pencegahan
Selain pemeriksaan rutin, gaya hidup sehat juga berperan besar dalam menurunkan risiko kanker payudara. WHO merekomendasikan beberapa langkah sederhana:
- Konsumsi makanan kaya serat seperti sayur, buah, dan biji-bijian.
- Batasi asupan lemak jenuh dan gula.
- Hindari alkohol dan rokok.
- Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
- Pertahankan berat badan ideal.
Selain itu, perempuan juga disarankan melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan, terutama setelah menstruasi selesai. Langkah kecil ini dapat membantu mendeteksi kelainan lebih awal sebelum berkembang menjadi kanker ganas.
Kisah Nyata: Bertahan Setelah Diagnosis
Salah satu penyintas kanker payudara, Rina (45 tahun), menceritakan bahwa dirinya pertama kali mengetahui adanya benjolan di payudara saat melakukan SADARI. “Awalnya saya takut, tapi setelah diperiksa ternyata masih tahap awal. Setelah operasi dan radioterapi, sekarang saya dinyatakan sembuh total,” ujarnya.
Kisah seperti Rina menjadi bukti bahwa deteksi dini benar-benar menyelamatkan nyawa. Rina kini aktif menjadi relawan edukasi kanker di komunitas perempuan di Jakarta Selatan.
Tantangan Penanganan di Indonesia
Meski kesadaran masyarakat meningkat, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam penanganan kanker payudara. Akses pemeriksaan di daerah terpencil masih terbatas, begitu pula dengan ketersediaan alat mammografi di puskesmas.
Selain itu, stigma sosial dan rasa malu sering membuat perempuan enggan memeriksakan diri. dr. Henny Rahmawati dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menjelaskan, “Banyak pasien datang ke rumah sakit setelah stadium lanjut karena takut atau merasa tabu membicarakan masalah payudara.”
YKI bersama Kemenkes kini terus menggalakkan kampanye edukasi dengan pendekatan komunitas dan media digital untuk menjangkau perempuan di semua lapisan masyarakat.
Harapan di Masa Depan
Para ahli optimis bahwa dengan edukasi berkelanjutan, akses layanan kesehatan yang lebih merata, dan kemajuan terapi, angka kematian akibat kanker payudara bisa ditekan signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
“Kanker payudara bukan lagi vonis mati. Dengan pemeriksaan rutin dan dukungan medis tepat, pasien dapat hidup produktif kembali,” tutup dr. Nanda.
Kesimpulan
Kanker payudara merupakan tantangan besar bagi kesehatan perempuan Indonesia. Dengan jumlah kasus mencapai 400 ribu per tahun, langkah pencegahan dan deteksi dini menjadi hal yang tak bisa ditunda. Pemeriksaan rutin, gaya hidup sehat, serta keberanian untuk berkonsultasi ke tenaga medis adalah kunci utama melawan penyakit ini.
Kesadaran dimulai dari diri sendiri — semakin dini mengenali gejala, semakin besar peluang untuk sembuh.