Panjang umur adalah keinginan sebagian besar semua orang di dunia. Meskipun usia adalah rahasia Tuhan yang tidak akan diketahui oleh siapapun, tidak ada salahnya jika seseorang berusaha untuk melakukan berbagai cara agar bisa berumur panjang.
Melansir dari Healthline, ada beberapa cara terkait gaya hidup yang bisa dilakukan seseorang jika ingin hidup lebih lama di dunia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan menerapkan gaya hidup sehat.
“Banyak orang berpikir bahwa harapan hidup sebagian besar ditentukan oleh genetika,” tulis laporan Healthline, dikutip Jumat (11/10/2024).
“Namun, ternyata peran gen untuk menentukan panjang umur seseorang jauh lebih kecil daripada yang diyakini sebelumnya. Ternyata faktor lingkungan, seperti pola makan dan gaya hidup adalah kunci panjang umur,” lanjut laporan yang sama.
Menurut Healthline mengutip berbagai studi, setidaknya ada sembilan pola hidup yang dapat diterapkan demi panjang umur. Apa saja? Berikut ulasannya.
1. Hindari Makan Berlebihan
Saat ini, kaitan antara asupan kalori dan panjang umur seseorang menarik banyak perhatian para ahli.
Studi yang dipublikasikan Pubmed pada 2010 terhadap hewan menunjukkan bahwa mengurangi asupan kalori normal sebesar 10 hingga 50 persen dapat meningkatkan harapan hidup secara maksimal.
Meskipun demikian, pembatasan kalori dalam jangka panjang sering kali tidak berkelanjutan dan mencakup berbagai efek samping negatif, seperti peningkatan rasa lapar, suhu tubuh rendah, dan menurunnya gairah seks.
2. Rutin Mengonsumsi Kacang-kacangan
Kacang-kacangan adalah sumber nutrisi yang sangat baik. Sebab, jenis makanan yang satu ini terkenal kaya akan protein, serat, antioksidan, dan senyawa tanaman yang bermanfaat. Selain itu, kacang-kacangan juga dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral yang baik, seperti tembaga, magnesium, kalium, folat, niasin, serta vitamin B6 dan E.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kacang-kacangan mampu menurunkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, peradangan, diabetes, sindrom metabolik, kadar lemak perut, dan beberapa jenis kanker.
Sebuah studi pada 2013 lalu menemukan, orang yang mengonsumsi setidaknya tiga porsi kacang-kacangan per minggu memiliki risiko kematian dini sebesar 39 persen.
Kemudian, dua ulasan terbaru yang melibatkan lebih dari 350 ribu orang mencatat bahwa satu porsi kacang-kacangan per minggu menghasilkan empat persen dan satu porsi kacang-kacangan per hari menghasilkan 27 persen penurunan risiko kematian akibat semua penyebab dan penurunan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.
3. Rutin Mengonsumsi Kunyit
Jika berbicara tentang strategi anti-penuaan, kunyit adalah pilihan yang tepat karena mengandung senyawa kurkumin. Berkat sifat antioksidan dan anti radangnya, kurkumin diyakini dapat membantu menjaga fungsi otak, jantung, dan paru-paru, serta melindungi tubuh dari risiko kanker dan penyakit terkait usia.
Sebuah penelitian in vivo dan in vitro pada manusia telah mengonfirmasi bahwa kurkumin dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit radang, hingga gangguan neurodegeneratif sehingga mampu mengurangi risiko mati muda bagi seseorang.
lebih rendah, risiko kanker, sindrom metabolik, penyakit jantung, depresi, dan kerusakan otak yang lebih rendah. Efek-efek ini dikaitkan dengan nutrisi dan antioksidan yang terkandung di dalam makanan nabati, seperti polifenol, karotenoid, folat, dan vitamin C.
Tak hanya itu, beberapa penelitian lain menyebut bahwa menerapkan pola makan vegetarian dan vegan mampu menurunkan risiko kematian dini sebesar 12 sampai 15 persen dan risiko kematian akibat kanker atau penyakit jantung, ginjal, atau hormon sebesar 29 sampai 52 persen.
5. Sering Melakukan Aktivitas Fisik
Sebuah studi yang dipublikasikan The Lancet pada 2011 menemukan bahwa olahraga selama 15 menit per hari dapat menambah umur seseorang sebanyak tiga tahun. Secara rinci, risiko kematian dapat menurun hingga empat persen jika Anda menambah 15 menit aktivitas fisik per hari.
Sebuah tinjauan terkini menemukan bahwa orang berusia di atas 60 tahun yang sering berolahraga memiliki risiko kematian dini 22 persen lebih rendah, meskipun hanya berolahraga kurang dari 150 menit per minggu. Sementara itu jika berolahraga selama 150 menit per minggu, kemungkinan Anda memiliki risiko kematian dini 28 persen lebih rendah.
Terakhir, beberapa penelitian menemukan bahwa orang yang melakukan aktivitas berat akan mendapatkan pengurangan risiko kematian dini sebesar 5 persen lebih besar, dibandingkan dengan aktivitas intensitas rendah atau sedang.
6. Hindari Kebiasaan Merokok
Studi yang dipublikasikan PubMed Central pada 2013 menemukan bahwa perokok dapat kehilangan umur hingga 10 tahun dan tiga kali lebih berpotensi meninggal dini daripada non-perokok. Sebuah tinjauan terbaru pada 2020 menyatakan, berhenti merokok sebelum usia 40 tahun mampu mencegah hampir seluruh peningkatan risiko kematian akibat merokok.
Salah satu penelitian yang dipublikasikan Am J Public Health melaporkan bahwa orang yang berhenti merokok pada usia 35 tahun dapat memperpanjang hidup mereka hingga 8,5 tahun. Kemudian, berhenti merokok pada usia 60-an dapat menambah usia hingga 3,7 tahun.
7. Mengurangi Tingkat Konsumsi Alkohol
Kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan kerap dikaitkan dengan risiko penyakit hati, jantung, dan pankreas, serta kematian dini. Namun, konsumsi alkohol dengan tingkat sedang ternyata mampu menurunkan risiko mengidap beberapa penyakit, serta penurunan risiko kematian dini sebesar 17 hingga 18 persen.
Alih-alih alkohol, minuman anggur alias wine dinilai lebih bermanfaat karena kandungan antioksidan polifenolnya yang tinggi. Hasil studi oleh Timo E. Strandberg dkk selama 29 tahun menunjukkan bahwa laki-laki yang lebih menyukai anggur memiliki risiko kematian dini sebesar 34 persen lebih kecil daripada orang yang lebih suka bir atau minuman beralkohol.
Selain itu, satu tinjauan yang dipublikasikan Nutrients menemukan bahwa wine mampu melindungi seseorang dari penyakit jantung, diabetes, gangguan neurologis, dan sindrom metabolik.
8. Memprioritaskan Kebahagiaan
Sebuah studi selama lima tahun mengklaim bahwa orang yang lebih bahagia selama hidupnya mengalami penurunan risiko kematian dini sebesar 3,7 persen.
Lalu, sebuah studi terhadap 180 biarawati Katolik menemukan bahwa sosok yang merasa paling bahagia pada usia 22 tahun memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih besar untuk tetap hidup setidaknya sampai 60 tahun ke depan.
Terakhir, tinjauan terhadap 35 studi menunjukkan bahwa orang yang bahagia dapat hidup hingga 18% lebih lama daripada orang yang kurang bahagia.
9. Hindari Stres dan Rasa Cemas
Meskipun terdengar sepele, ternyata rasa cemas dan stres dapat secara signifikan mengurangi umur manusia. Sebagai contoh, perempuan yang mengalami stres atau kecemasan dilaporkan berisiko dua kali lebih besar untuk meninggal akibat penyakit jantung, stroke, atau kanker paru-paru.
Sementara itu, laki-laki yang kerap cemas dan stres juga memiliki risiko kematian dini hingga tiga kali lebih tinggi daripada orang yang lebih santai.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang pesimis memiliki risiko kematian dini 42 persen lebih tinggi daripada orang yang lebih optimis. Selain itu, tawa maupun pandangan hidup yang positif diklaim dapat mengurangi stres sehingga berpotensi memperpanjang hidup manusia.